Memastikan diri maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur, Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa
menggunakan konsep dua filsuf ternama, Immanuel Kant dan Ronggo
Warsito. Karena menurut sang Bunda Muslimat ini, politik akan berjalan
baik jika bisa bersifat 'lembut' pada masyarakat.
Dalam bedah
buku 'Melawan Pembajakan Demokrasi' di The Venture-Lobby Plaza Town
Square Suite Surabaya (Sutos), Jawa Timur, Khofifah menyatakan
curhat-nya: Betapa terkebirinya demokrasi di Jawa Timur. Dan itu
terbukti saat Pilgub Jawa Timur tahun 2008 silam digelar.
Saat itu, Khofifah yang berpasangan dengan Mudjiono, terpaksa tersingkir di tiga putaran setelah dicurangi pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa). Kemenangan Khofifah di dua putaran, berbalik drastis saat pemilihan ulang digelar di Pulau Madura.
"Dalam
buku ini (Melawan Pembajakan Demokrasi) terpampang fakta yang sangat
jelas. Banyak kecurangan suara di Pilgub lima tahun silam. Banyak
anak-anak di bawah umur ikut mencoblos, dan ada ratusan nama Romli
dengan identitas yang sama ikut mencoblos. Saat gugatan dilayangkan ke
Mahkamah Konstitusi (MK), nama saya tidak teregister. Saya harus
menunggu lama, lantas apakah saya harus menunggu MK di akhirat?," ucap
Khofifah di hadapan peserta bedah buku, Selasa (7/5)
Si Bunda
Muslimat ini juga menegaskan, politik akan bisa berjalan baik, jika
hidup berdemokrasi bisa dijunjung tinggi dalam perpolitikan Indonesia,
bukan malah mengebirinya dengan segala bentuk kecurangan.
"Dalam
teori Immanuel Kant, pelaku politik ada dua sifat. Sifat yang pertama
adalah sifat merpati dan yang kedua sifat ular," kata dia mengutip
kalimat filsuf asal Jerman, Immanuel Kant.
Sifat merpati, menurut
Khofifah adalah sifat penuh kelembutan dan penuh kasih sayang tanpa
harus menyakiti demokrasi. Sementara sifat yang kedua adalah sifat ular,
yang penuh dengan kelicikan dan tipu muslihat.
"Sifat ini yang
cenderung digunakan oleh pelaku-pelaku politik untuk meraih kemenangan.
Segala cara terus dilakukan, meski mengorbankan demokrasi."
Dengan
kondisi yang seperti ini, masih menurut Khofifah, keadaan Negara
Indonesia makin merosot. "Kalau kata Ronggo Warsito, keadaan negara yang
kian merosot, maka tidak ada lagi yang perlu dicontoh. Politik kartel,
adalah wujud dari pengebirian demokrasi. Pilgub 2008 silam, adalah
contoh nyata politik kartel," tegas dia.
Sementara pakar hukum
dan advokat senior, Otto Hasibuan yang hadir juga sebagai pembicara
mengatakan, kasus Pilgub Jawa Timur 2008 merupakan kejahatan politik
yang harus ditindak, tapi kenapa ada pembiaran di sana.
"Ini
adalah delik pemilu, bukan delik aduan. Tapi kenapa ada pembiaran. Ini
adalah akibat dari kebebasan demokrasi yang terlalu dikedepankan, dan
hukum yang selalu ditinggalkan. Sehingga hukum tidak bisa ditegakkan
secara benar, ketika kejahatan politik terus berlangsung," beber Otto
menyikapi buku Melawan Pembajakan Demokrasi.
Sementara mantan Menteri Perekonomian di era Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), Rizal Ramli
mengatakan, Pilgub Jawa Timur 2008 menjadi contoh kejahatan-kejahatan
politik saat Pilkada-pilkada di Indonesia digelar. "Tahun 2008 lalu,
Jawa Timur menjadi kelinci percobaan atas kecurangan-kecurangan Pilkada.
Sehingga diikuti oleh Pilkada di luar Jawa Timur, seperti Jawa Tengah,
Jawa Barat, termasuk di DKI," ungkap Rizal.
Untuk itu, kata
Rizal, di Pilgub 2013 nanti, Jawa Timur harus bisa mengembalikan citra
demokrasi yang baik, dan meninggalkan politik uang. "Jawa Timur harus
menjadi contoh demokrasi yang baik di Indonesia. Maka politik kartel
sebaiknya segera dihentikan. Menjegal pasangan lain, agar tidak bisa
maju adalah penistaan terhadap kehidupan berdemokrasi di Indonesia,"
sindir Rizal.
buku yang saya sangat suka apalagi jika terrealisasi maka penulisnya akan saya favoritkan
BalasHapus