Surabaya - Pelaksanaan Pilgub Jatim sudah dipastikan pada 29 Agustus
2013. Sampai saat ini, sejak KPU Provinsi Jatim membuka pendaftaran
pasangan calon, sudah ada dua pasangan yang resmi mendaftar, yakni
pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawiredja dan Eggi
Sudjana-M Sahit dari jalur perseorangan.
Sementara dua pasangan lain, Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) dan
Bambang DH-Said Abdullah, belum mendaftarkan diri di KPU Jatim.
Empat pasangan ini jelas akan meramaikan pesta demokrasi di Jatim.
Berbeda dengan Bali yang hanya diramaikan dua pasangan saja. Namun di
kedua provinsi ini sama-sama ramai memerebutkan suara rakyat.
Dengan empat pasangan yang bersaing di Jatim, tentu akan sulit
mencapai perolehan suara sampai 50 persen. Sebab, dengan mencapai 50
persen plus 1, maka salah satu pasangan itu sudah dinyatakan menang
dalam Pilgub Jatim ini. Jika di bawah 50 persen, sudah pasti Pilgub
Jatim akan digulirkan dua putaran.
Sementara di Bali, berdasar hitung cepat sementara, salah satu
pasangan sudah ada yang mencapai angka perolehan sampai 50 persen lebih,
sehingga Pilgub Bali pun bisa dipastikan hanya berjalan satu putaran
saja.
Ramainya memerebutkan suara rakyat di Jatim, tentu bisa dilakukan
empat pasangan yang bakal bersaing dengan berbagai cara. PDI Perjuangan
yang mengusung Bambang DH-Said Abdullah memiliki kader sampai akar
rumput yang kuat di Jatim. Walau hanya satu partai, namun kekuatan ini
jika tak dibumbui permainan politik uang, tentu akan membahayakan
pasangan incumbent, Karsa (Soekarwo-Syaifullah Yusuf).
Begitu juga dengan Khofifah-Herman, memiliki basis massa pendukung
yang jelas. Sebab pasangan ini diusung PKB selaku partainya orang NU.
Ini juga memiliki akar rumput yang jelas, hanya bagaimana memberdayakan
suara akar rumput itu tetap satu, mendukung Khofifah-Herman.
Persoalannya, warga Nahdliyin itu tak saja berada di PKB, tapi hampir
ada di seluruh partai di Jatim. Penyatuan suara itu yang sulit, sebab
yang dilawan pasangan ini juga pasangan incumbent.
Sementara, Eggy-Sahit adalah pasangan perseorangan yang didukung
berdasarkan perolehan KTP yang menjadi syarat dalam pendaftarannya di
KPU Jatim. Pertanyaannya, apakah sudah benar dukungan sebanyak 2 juta
lebih KTP itu murni untuk Eggy-Sahit. Jika benar, tentu Eggy akan
menambah sedikit lagi dukungannya untuk memenangkan dirinya.
Namun kenyataannya, dari jutaan pendukungnya itu, KPU mensinyalir
hanya ada ratusan ribu saja yang merupakan pendukung dengan KTP asli,
sementara sisanya bermasalah. Ini juga dijanjikan Eggy akan diperbaiki.
Untuk pasangan incumbent, Pakde Karwo-Gus Ipul adalah salah satu
pasangan di atas angin. Dengan menjabat sebagai gubernur dan wakil
gubernur, pasangan ini masih memiliki peluang besar untuk gencar
melakukan kampanye berbalut tugas gubernuran.
Daerah pelosok yang belum tentu dijamah pasangan lain dan tim
suksesnya, sudah pasti bisa dilakukan pasangan incumbent ini. Peluang
besar ini tentu jadi kue politik paling hangat bagi Karsa. Apalagi rumor
beredar, pasangan ini sudah mampu ‘membeli’ partai lain, baik yang ada
di parlemen maupun partai politik non-parlemen.
Menurut Eddy Firmansyah, salah satu pendiri Kelompok Penulis Politik
yang juga seorang dosen politik mengatakan, untuk Pilgub Jatim 2013,
kans besar ada di pasangan incumbent. Pasangan lain harus bekerja keras
untuk bisa menumbangkan kekuatan incumbent.
“Dengan empat pasangan bersaing, kita harapkan Pilgub Jatim ini
benar-benar berjalan demokratis. Sehingga rakyat tetap diberi edukasi
politik yang baik dan rasa kepercayaan rakyat juga tak luntur. Jangan
sampai dengan buruknya edukasi politik, menyebabkan tingkat memilih
rakyat Jatim jadi rendah,” tandas Eddy.
Pasangan lain dengan basis massa akar rumput pun tak bisa seenaknya
berpatokan massanya sudah jelas. Pasangan itu juga harus tetap turun ke
bawah, karena tak semua basis massa akar rumput paham dengan pasangan
tersebut.
“Sebut saja Bambang DH, mantan wali kota Surabaya ini lebih dikenal
di Kota Metropolitan ini daripada di pelosok Jatim. Begitu juga dengan
pendampingnya, walau anggota DPR RI, tapi namanya belum membumi. Berbeda
dengan Khofifah yang sudah dikenal di pelosok Jatim karena posisinya di
organisasi wanita NU. Pasangan Khofifah hanya tinggal mensosialisasikan
siapa Herman yang mantan Kapolda Jatim itu. Jadi kerja pasangan pesaing
incumbent ini harus lebih keras agar bisa mendapat simpati rakyat,”
tegas Eddy.
0 komentar:
Posting Komentar