"Selamat Datang diblog kami | Ayo Sukseskan Pemilihan Bupati Sumenep | 9 Desember 2015"

Kamis, 16 Mei 2013

4 Pasangan Ramaikan Bursa Pilgub Jatim

Surabaya - Pelaksanaan Pilgub Jatim sudah dipastikan pada 29 Agustus 2013. Sampai saat ini, sejak KPU Provinsi Jatim membuka pendaftaran pasangan calon, sudah ada dua pasangan yang resmi mendaftar, yakni pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawiredja dan Eggi Sudjana-M Sahit dari jalur perseorangan.
Sementara dua pasangan lain, Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) dan Bambang DH-Said Abdullah, belum mendaftarkan diri di KPU Jatim.

Empat pasangan ini jelas akan meramaikan pesta demokrasi di Jatim. Berbeda dengan Bali yang hanya diramaikan dua pasangan saja. Namun di kedua provinsi ini sama-sama ramai memerebutkan suara rakyat.


Dengan empat pasangan yang bersaing di Jatim, tentu akan sulit mencapai perolehan suara sampai 50 persen. Sebab, dengan mencapai 50 persen plus 1, maka salah satu pasangan itu sudah dinyatakan menang dalam Pilgub Jatim ini. Jika di bawah 50 persen, sudah pasti Pilgub Jatim akan digulirkan dua putaran.

Sementara di Bali, berdasar hitung cepat sementara, salah satu pasangan sudah ada yang mencapai angka perolehan sampai 50 persen lebih, sehingga Pilgub Bali pun bisa dipastikan hanya berjalan satu putaran saja.

Ramainya memerebutkan suara rakyat di Jatim, tentu bisa dilakukan empat pasangan yang bakal bersaing dengan berbagai cara. PDI Perjuangan yang mengusung Bambang DH-Said Abdullah memiliki kader sampai akar rumput yang kuat di Jatim. Walau hanya satu partai, namun kekuatan ini jika tak dibumbui permainan politik uang, tentu akan membahayakan pasangan incumbent, Karsa (Soekarwo-Syaifullah Yusuf).

Begitu juga dengan Khofifah-Herman, memiliki basis massa pendukung yang jelas. Sebab pasangan ini diusung PKB selaku partainya orang NU. Ini juga memiliki akar rumput yang jelas, hanya bagaimana memberdayakan suara akar rumput itu tetap satu, mendukung Khofifah-Herman.

Persoalannya, warga Nahdliyin itu tak saja berada di PKB, tapi hampir ada di seluruh partai di Jatim. Penyatuan suara itu yang sulit, sebab yang dilawan pasangan ini juga pasangan incumbent.

Sementara, Eggy-Sahit adalah pasangan perseorangan yang didukung berdasarkan perolehan KTP yang menjadi syarat dalam pendaftarannya di KPU Jatim. Pertanyaannya, apakah sudah benar dukungan sebanyak 2 juta lebih KTP itu murni untuk Eggy-Sahit. Jika benar, tentu Eggy akan menambah sedikit lagi dukungannya untuk memenangkan dirinya.
Namun kenyataannya, dari jutaan pendukungnya itu, KPU mensinyalir hanya ada ratusan ribu saja yang merupakan pendukung dengan KTP asli, sementara sisanya bermasalah. Ini juga dijanjikan Eggy akan diperbaiki.

Untuk pasangan incumbent, Pakde Karwo-Gus Ipul adalah salah satu pasangan di atas angin. Dengan menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur, pasangan ini masih memiliki peluang besar untuk gencar melakukan kampanye berbalut tugas gubernuran.

Daerah pelosok yang belum tentu dijamah pasangan lain dan tim suksesnya, sudah pasti bisa dilakukan pasangan incumbent ini. Peluang besar ini tentu jadi kue politik paling hangat bagi Karsa. Apalagi rumor beredar, pasangan ini sudah mampu ‘membeli’ partai lain, baik yang ada di parlemen maupun partai politik non-parlemen.

Menurut Eddy Firmansyah, salah satu pendiri Kelompok Penulis Politik yang juga seorang dosen politik mengatakan, untuk Pilgub Jatim 2013, kans besar ada di pasangan incumbent. Pasangan lain harus bekerja keras untuk bisa menumbangkan kekuatan incumbent.

“Dengan empat pasangan bersaing, kita harapkan Pilgub Jatim ini benar-benar berjalan demokratis. Sehingga rakyat tetap diberi edukasi politik yang baik dan rasa kepercayaan rakyat juga tak luntur. Jangan sampai dengan buruknya edukasi politik, menyebabkan tingkat memilih rakyat Jatim jadi rendah,” tandas Eddy.

Pasangan lain dengan basis massa akar rumput pun tak bisa seenaknya berpatokan massanya sudah jelas. Pasangan itu juga harus tetap turun ke bawah, karena tak semua basis massa akar rumput paham dengan pasangan tersebut.

“Sebut saja Bambang DH, mantan wali kota Surabaya ini lebih dikenal di Kota Metropolitan ini daripada di pelosok Jatim. Begitu juga dengan pendampingnya, walau anggota DPR RI, tapi namanya belum membumi. Berbeda dengan Khofifah yang sudah dikenal di pelosok Jatim karena posisinya di organisasi wanita NU. Pasangan Khofifah hanya tinggal mensosialisasikan siapa Herman yang mantan Kapolda Jatim itu. Jadi kerja pasangan pesaing incumbent ini harus lebih keras agar bisa mendapat simpati rakyat,” tegas Eddy.

0 komentar:

Posting Komentar